Anda mungkin tidak pernah mengira bahwa beberapa obat-obatan memiliki efek samping dapat merusak pendengaran. Obat-obatan yang bersifat racun bagi telinga tersebut biasa disebut dengan ototoksik. Umumnya mereka mengandung senyawa kimia yang berpotensi menyebabkan reaksi toksik terhadap struktur dalam telinga sehingga dapat merusak telinga bagian dalam yang akhirnya menyebabkan gangguan pendengaran atau tinnitus, kehilangan keseimbangan, atau bahkan kedua-duanya. Proses ini lah yang disebut dengan ototoksitas. Efek ototoksitas dapat bersifat sementara atau hilang begitu pemakaian obat dihentikan. Namun dalam beberapa kasus efeknya juga dapat bersifat jangka panjang bahkan permanen.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya efek ototoksitas ini antara lain dosis obat yang dikonsumsi, durasi konsumsi, dan pemberian obat lain yang memiliki potensi ototoksik. Obat-obat ototoksik tidak boleh digunakan secara topikal jika membran timpani mengalami perforasi atau pelubangan karena hal tersebut dapat membuat obat mengalir menuju telinga bagian dalam. Topikal adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal misalnya seperti tetes mata, salep mata, tetes telinga dan lain-lain.
Macam-macam obat yang bersifat ototoksik
Diperlukan penelitian yang cermat untuk menentukan apakah suatu obat bersifat ototoksik atau tidak. Maka dari itu, cukup sulit untuk membuat daftar yang lengkap tentang obat-obat ototoksik apalagi banyak produk obat baru yang masuk ke pasar. Secara umum, berikut ini adalah obat-obatan yang bersifat ototoksik:
- Aspirin
- Kina (obat antimalaria)
- Pil air / Diuretik (untuk mengatasi tekanan darah tingg)
- Antibiotik tertenhtu
- Beberapa obat kanker
- Beberapa obat anatesi
Perlunya melakukan tes pendengaran sebelum mengkonsumsi obat-obatan yang berpotensi ototoksik
Sebelum melakukan perawatan untuk segala kondisi kesehatan yang mengharuskan melibatkan obat ototoksik (silahkan tanyakan pada dokter Anda apakah obat-obatan yang akan dikonsumsi bersifat ototoksik ketika resep diberikan), sangat disarankan Anda melakukan pemeriksaan terhadap pendengaran Anda di dokter spesialis THT atau Pusat Alat Bantu Dengar terdekat. Hasil tes pendengaran tersebut dapat berguna sebagai dasar untuk mengukur perubahan yang terjadi selama Anda menjalani perawatan dengan mengkonsumsi obat-obatan tersebut. Setelah itu, jangan lupa juga untuk melakukan pemeriksaan rutin terhadap pendengaran Anda karena hal tersebut dapat membantu Anda dalam mendeteksi perubahan apapun yang terjadi pada telinga Anda. Selanjutnya, informasi tersebut dapat diteruskan ke dokter yang sedang merawat Anda sehingga dapat segera dilakukan langkah solutif terhadap permasalahan telinga dan kesehatan yang sedang Anda alami. Perlu dicatat bahwa penting bagi Anda untuk tidak mengehentikan konsumsi obat begitu saja tanpa mengkonsultasikannya terlebih dahulu dengan dokter.
Mengalami gangguan pendengaran dan keseimbangan dikarenakan obat ototoksik dapat berdampak pada proses komunikasi, edukasi, dan sosial penderitanya. Maka dari itu, sebelum mengkonsumsi obat-obatan yang sekiranya berpotensi ototoksik, akan sangat bijaksana jika Anda mempertimbangkan apakah keuntungannya lebih banyak dari pada kerugiannya. Hal ini dikarenakan mencegah lebih baik dari pada mengobati mengingat gangguan pendengaran yang terjadi pad menusia bersifat ireversibel atau tidak dapat disembuhkan. Hingga saat ini, belum ada terapi atau perawatan yang dapat menyembuhkan kerusakan yang ditimbulkan oleh obat-obatan ototoksik. Meskipun demikian, peneliti terus berjuang untuk menemukan metode terbaru demi meminimalisir efek ototoksik. Namun jika Anda memang sangat terpaksa harus mengkonsumsi obat-obatan ototoksik dan harus menerima dampak dari proses ototoksitas tersebut, maka Anda mungkin ingin mempertimbangkan penggunaan alat bantu dengar agar kehidupan Anda dapat terus berjalan seperti sedia kala.
Dapatkan informasi seputar alat bantu dengar dengan harga terbaik hanya di Pusat Alat Bantu Dengar No. 1 di kota Anda!