Gangguan pendengaran pada anak dapat menyebabkan keterlambatan bicara dan bahasa. Pelajari lebih lanjut tentang penyebab, gejala dan perawatan yang tersedia untuk anak-anak.
Jika bayi atau anak Anda baru-baru ini didiagnosis menderita gangguan pendengaran, Anda mungkin mempunyai banyak pertanyaan dan kekhawatiran. Merasa kewalahan dan cemas adalah hal yang wajar, namun yakinlah bahwa ada banyak pilihan perawatan, baik untuk di rumah maupun di sekolah.
Mungkin hal yang paling penting untuk diketahui adalah bahwa kemampuan pendengaran membantu seorang anak mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Sangat penting untuk memastikan gangguan pendengaran anak Anda ditangani sejak dini dengan penanganan yang tepat, untuk mengurangi dampak gangguan pendengaran terhadap pendidikan dan tumbuh kembang.
Faktanya, hasil penelitian dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa perawatan gangguan pendengaran sebelum bayi mencapai usia enam bulan menghasilkan kemampuan berbicara dan berbahasa yang jauh lebih baik dibandingkan perawatan yang dilakukan setelah usia bayi diatas enam bulan. Penelitian juga menunjukkan bahwa alat bantu dengar meningkatkan kinerja/kemampuan mengikuti pelajaran di sekolah pada anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran.
Apa itu Gangguan Pendengaran pada Masa Kanak-kanak?
Seorang anak didiagnosis mengalami gangguan pendengaran jika mereka tidak dapat mendengar suara di bawah tingkat volume tertentu. Tergantung pada hasil tes pendengaran, baik di satu telinga (monoural) atau kedua telinga (binaural ). Ambang batas minimal biasanya berkisar antara 15 hingga 20 desibel (dB), seperti suara gemerisik dedaunan atau orang berbisik.
Meskipun tidak dapat mendengar gemerisik dedaunan dianggap sebagai gangguan pendengaran tingkat ringan, hal ini akan mempersulit pemahaman bagian-bagian pembicaraan tertentu. Itu sebabnya penanganan gangguan pendengaran sangat penting bagi anak-anak, yang sedang belajar bahasa sejak mereka dilahirkan.
Tanda dan Gejala Gangguan Pendengaran pada Bayi
Rumah sakit rutin melakukan pemeriksaan pendengaran bayi yang baru lahir pada satu atau dua hari pertama setelah lahir. Jika bayi baru lahir menunjukkan tanda-tanda gangguan pendengaran, ia biasanya dijadwalkan untuk pemeriksaan kedua beberapa minggu kemudian. Namun, terkadang bayi baru lahir yang lulus kedua pemeriksaan pendengaran tersebut mungkin menunjukkan tanda-tanda gangguan pendengaran seiring bertambahnya usia.
Jika Anda merasa anak Anda kesulitan mendengarkan Anda, segera kunjungi dokter THT/Audiologi.
Salah satu cara untuk menentukan apakah pendengaran anak Anda berkembang dengan baik adalah dengan memantau perkembangan bicara dan pendengaran yang penting, seperti yang berikut ini dari American Speech Language Hearing Association:Menurut American Speech Language Hearing Association, ada salah satu cara untuk mengetahui pendengaran anak anda berkembang dengan baik atau tidak yaitu dengan cara memantau perkembangan dan pendengaran anak anda, beberapa hal yang perlu diperhatikan sesuai dengan usia anak anda, yaitu:
Bayi dan Balita
- Sejak lahir hingga empat bulan, bayi harus:
- Merespon terkejut saat mendengar suara keras
- Bangun atau bergerak jika mendengar suara keras
- Menanggapi suara Anda dengan tersenyum atau berseru
- Merasa tenang saat mendengar suara yang biasa didengar
Usia empat hingga sembilan bulan, bayi harus:
- Tersenyum saat diajak bicara
- Memperhatikan mainan yang mengeluarkan suaraMengarahkan kepalanya ke arah suara yang dikenalnya
- Membuat suara mengoceh
- Mengerti lambaian tangan seperti selamat tinggal
Dari usia sembilan hingga 15 bulan, bayi harus:
- Banyak berceloteh
- Mengulangi beberapa suara sederhana
- Memahami permintaan dasar
- Menggunakan suaranya untuk menarik perhatian Anda
- Menanggapi/menoleh/merespon ketika namanya disebut
Dari usia 15 hingga 24 bulan, balita harus:
- Sudah menggunakan banyak kata sederhana
- Dapat menunjuk bagian tubuhnya saat Anda bertanya
- Menyebutkan nama benda-benda umum di sekitarnya
- Penuh perhatian saat didengarkan lagu, sajak dan cerita
- Menunjukkan objek familiar yang Anda beri nama
- Mengikuti perintah dasar yang diberikan kepada anak anda
Tanda-tanda Gangguan Pendengaran Pada Balita dan Anak Usia Sekolah
Anak-anak yang lebih besar terkadang mengalami gangguan pendengaran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan jika menurut Anda balita atau anak usia prasekolah mungkin mengalami gangguan pendengaran:
- Ditandai dengan mengalami gangguan belajar atau ADHD (Attention Deficit Hyperacticity Disorder). ADHD yaitu gangguan mental yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian serta memiliki perilaku implusif dan hiperaktif. Selalu pastikan anak-anak juga menjalani pemeriksaan gangguan pendengaran, karena gangguan pendengaran dapat menyerupai gangguan belajar dan kondisi perilaku
- Mengalami kesulitan memahami apa yang dikatakan orang lain saat berbicara dengannya
- Berbicara secara berbeda dari anak-anak lain seusianya
- Tidak merespon ketika Anda memanggil namanya
- Merespon pertanyaan dengan tidak tepat (salah paham)
- Menaikkan volume TV sangat tinggi atau duduk sangat dekat dengan TV untuk mendengarnya
- Memiliki permasalahan secara akademis, apalagi jika belum pernah ada sebelumnya
- Mengalami keterlambatan bicara atau bahasa atau masalah dalam mengartikulasikan sesuatu
- Mengamati orang lain untuk meniru tindakan mereka, di rumah atau di sekolah
- Telinga terasa sakit saat mendengara suara lingkungan yang terlalu kerasa
- Tidak dapat mengerti pembicaraan melalui telepon atau sering berpindah telinga saat berbicara di telepon.
- Mengatakan “apa?” atau “ya?” beberapa kali sehari untuk meminta mengulang perkataan.
- Mengamati wajah pembicara dengan saksama. Banyak anak yang mengalami gangguan pendengaran tidak terdeteksi karena mereka mampu dalam membaca bibir.
Penyebab Gangguan Pendengaran pada Anak
-
Faktor Genetik/Bawaan
Beberapa bayi dilahirkan dengan gangguan pendengaran, yang disebut gangguan pendengaran bawaan. Banyak hal berbeda yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran jenis ini, namun penyebab pastinya tidak selalu dapat ditentukan. Pada sekitar setengah dari semua kasus, penyebabnya adalah genetik, artinya, diwarisi dari orang tua.
Faktor genetik menyebabkan lebih dari 50 persen gangguan pendengaran pada anak-anak, baik yang terjadi saat lahir atau berkembang di kemudian hari.
-
Faktor Non-genetik, antara lain:
- Komplikasi kelahiran, termasuk herpes, rubella cytomegalovirus, toksoplasmosis (TORCH) atau infeksi serius lainnya, kekurangan oksigen, atau kebutuhan transfusi darah karena alasan tertentu.
- Lahir prematur. Bayi yang memiliki berat lahir kurang dari 3 pon (sekitar 1,36 Kg) atau yang memerlukan obat penunjang kehidupan tertentu untuk bernapas karena prematuritas, hal ini berisiko lebih tinggi mengalami gangguan pendengaran.
- Gangguan sistem saraf atau otak.
- Mengkonsumsi obat-obatan selama kehamilan yang menyebabkan gangguan pendengaran. Dikenal sebagai obat ototoksik, obat ini biasanya merupakan obat yang diresepkan, termasuk antibiotik dan beberapa obat pereda nyeri. Obat ototoksik berpotensi menyebabkan kerusakan pada saraf pendengaran atau struktur pendengaran lainnya pada janin.
- Ibu yang mengalami infeksi selama kehamilan, termasuk penyakit seperti toksoplasmosis, sitomegolavirus, herpes simpleks atau campak Jerman.
- Ibu yang mengalami diabetes
- Penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol atau merokok selama
Faktor non-genetik ini hanya menyebabkan sekitar 25 persen gangguan pendengaran bawaan. Untuk 25 persen sisanya, tidak ditemukan penyebabnya.
-
Gangguan Pendengaran yang Didapat
Anak-anak juga dapat terkena gangguan pendengaran yang didapat, artinya gangguan pendengaran terjadi kapan saja setelah lahir. Ada berbagai penyebab gangguan pendengaran didapat, antara lain:
- Gendang telinga yang berlubang
- Otosklerosis atau penyakit Meniere
- Infeksi seperti meningitis, campak, gondok atau batuk rejan (pertusis yaitu penyakit batuk yang keras dan menular)
- Mengonsumsi obat yang menjadi penyebab gangguan pendengaran
- Cedera kepala yang serius
- Paparan suara keras, menyebabkan gangguan pendengaran akibat kebisingan
- Otitis media (infeksi telinga) yang tidak diobati atau sering terjadi
- Paparan asap rokok atau racun lainnya
Terkadang, penyebab gangguan pendengaran bersifat sementara, seperti empat penyebab umum gangguan pendengaran sementara pada anak berikut ini.
Perawatan Gangguan Pendengaran pada Masa Kanak-kanak
Tergantung pada tingkat keparahan dan penyebab gangguan pendengaran pada anak. Alat bantu dengar, erawat koklea, dan kombinasi terapi wicara atau alat bantu dengar mungkin merupakan bentuk erawatan yang direkomendasikan. Jika seorang anak mengalami penumpukan kotoran, infeksi telinga, atau masalah lain yang menyebabkan gangguan pendengaran sementara, dokter THT dapat menanganinya terlebih dahulu untuk mengetahui apakah hal tersebut dapat membantu mengatasi gangguan pendengarannya.
Audiolog dapat melakukan memeriksa perilau pemeriksaan pendengaran secara mendalam bahkan untuk anak-anak yang masih sangat kecil (semuda 6 bulan). Ada beberapa tes objektif yang juga dapat dijalani oleh bayi, balita, dan anak kecil. Tes ini tidak menimbulkan rasa sakit dan non-invasif. Setelah pemeriksaan, audiolog akan meluangkan waktu untuk berbicara dengan Anda tentang kemampuan pendengaran anak Anda dan merekomendasikan rencana erawatan atau intervensi medis yang sesuai.
Alat bantu dengar adalah salah satu jenis alat yang dapat membantu anak yang mengalami gangguan pendengaran untuk mendengar kembali dengan jelas. Ada banyak alat bantu dengar pediatrik, termasuk alat bantu dengar berdaya tinggi untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran berat yang menawarkan bantuan pendengaran berkualitas tinggi. Banyak solusi untuk anak-anak yang mencakup kidsclip dan aksesori lainnya untuk memastikan bahwa anak tidak melepas atau salah meletakkan alat bantu dengar mereka.
-
Implan Koklea
Adalah perangkat yang ditanam melalui pembedahan yang secara langsung merangsang saraf pendengaran di telinga bagian dalam dengan stimulus listrik. Implan koklea juga mempunyai perangkat eksternal dan banyak perusahaan membuat perangkat ramah anak yang dapat dipegang dengan ikat kepala yang berbahan lembut. Implan koklea dapat digunakan pada bayi dan anak-anak yang tidak dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar.
-
Bone-anchored
Beberapa kasus, seorang anak mungkin merupakan kandidat yang lebih baik untuk sistem pendengaran yang terikat pada tulang. Orang-orang yang biasanya mendapatkan manfaat terbesar dari sistem pendengaran yang melekat pada tulang adalah mereka yang memiliki malformasi telinga bagian luar atau tengah yang parah, seperti mikrotia dan atresia, dan mereka yang menderita tuli satu sisi.
-
Terapi Bicara
Untuk anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran yang memengaruhi kemampuan bicaranya, ia mungkin memerlukan terapi wicara-bahasa setelah mendapatkan alat bantu dengar atau implan koklea untuk membantunya mengatasi keterlambatan bicara. Anak-anak dengan Auditory Processing Disorder (APD) juga dapat menerima terapi untuk memperkuat cara anak memahami dan menggunakan bahasa.
-
Assistive Hearing Device
Banyak perusahaan alat bantu dengar menawarkan alat bantu dengar seperti sistem FM yang membantu dan berfungsi dengan baik di ruang kelas jika digabungkan dengan alat bantu dengar anak atau implan koklea. Teknologi FM membantu mengatasi akustik buruk di ruang kelas atau tempat lain dengan suara lingkungan yang beragam. Pada dasarnya, guru memakai atau memiliki mikrofon pemancar (transmitter) yang hampir tidak terlihat di depannya yang mentransmisikan suaranya langsung ke alat bantu dengar atau implan koklea anak, atau ke speaker di sekitar kelas.
Menemukan Penyedia Layanan Untuk Anak
Segera cari bantuan jika Anda mencurigai anak Anda mengalami gangguan pendengaran. Seringkali, dokter anak Anda adalah tempat yang baik untuk memulai. Dokter anak Anda mungkin akan merujuk Anda ke audiolog anak atau dokter THT.
–
Sumber:
https://www.healthyhearing.com/help/hearing-loss/children