Hampir setiap anak bisa mendengar pertama kali ketika mereka dilahirkan. Mereka belajar berbicara dengan menirukan suara-suara di sekitarnya terutama dari orang tuanya. Namun data dari WHO menyebutkan bahwa dari 360 juta penduduk dunia yang mengalami gangguan pendengaran, 32 juta diantaranya adalah anak-anak. Di Amerika Serikat, dari 1000 bayi yang lahir, 2 – 3 diantaranya terlahir dengan keadaan tuli. Bahkan anak-anak yang kehilangan pendengarannya ketika masa pertumbuhan jumlahnya lebih banyak lagi. Di Indonesia sendiri, mayoritas anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran berusia 7 – 9 tahun. Kehilangan pendengaran pada anak akan sangat mempengaruhi kemampuan mereka ketika belajar mengembangkan komunikasi, bahasa, dan interaksi sosial mereka. Bagi anak-anak, terganggunya salah satu dari panca indera mereka tentunya akan sangat merugikan mengingat mereka sedang dalam masa tumbuh dan berkembang.
Kehilangan pendengaran terjadi ketika ada bagian telinga yang tidak berfungsi seperti biasa, baik itu telinga bagian luar, bagian tengah, bagian dalam, syaraf pendengaran, atau sistem-sistem pendengaran lainnya. Tanda dan gejalanya berbeda bagi setiap anak. Sebagai orang tua, kita perlu waspada terhadap gejala-gejala gangguan pendengaran yang terjadi pada anak kita karena dampaknya akan sangat merugikan jika tidak ada penangan khusus sejak dini.
Berikut ini adalah tanda-tanda gangguan pendengaran pada anak yang perlu Anda ketahui sebagai antisipasi Anda dalam mendeteksi gangguan pendengaran yang mungkin di alami anak Anda.
1.Anak terlambat berbicara
Salah satu indikator anak mengalami gangguan pendengaran adalah terlambat berbicara. Pada umumnya, bayi berusia 12 bulan sudah mulai bisa mengucapkatan kata seperti “mama” atau “papa”, dan mulai mampu menirukan kata yang orang tuanya ucapkan sedikit demi sedikit. Pada usia ini juga, bayi mulai memahami perintah seperti “Kemarilah” atau “Ayo”. Lalu pada usia 2 tahun, anak sudah mampu untuk mengucapkan 2 suku kata sekaligus, sedangkan pada usia 3 tahun mereka dapat menangkap kosa kata baru dengan cepat dan bisa memahami perintah yang lebih panjang seperti “Ayo kita mandi”. Jika anak belum menunjukkan kemampuan-kemampuan tersebut dalam usia yang disebutkan, maka ada baiknya orang tua membawa anak ke dokter untuk melakukan pengecekan sedini mungkin. Dokter akan membantu dengan memberikan tes pendengaran pada anak untuk mencari tahu jika sesuatu yang menghambat bicara anak adalah karena gangguan pendengaran.
2.Bicara anak tidak jelas
Poin ke dua ini masih ada hubungannya dengan poin yang pertama. Namun di sini, anak banyak mengoceh tapi sebagian besar kata-kata yang diucapkan tidak bisa dimengerti. Setiap kali orang tua meminta untuk mengulangi kata yang baru disebutkan, anak terlihat bersusah payah untuk menirukannya dengan jelas.
3.Anak tidak mengikuti instruksi yang orang tua berikan.
Ketika orang tua memberikan sebuah instruksi pada anak namun anak tidak mengikutinya, ada kemungkinan anak memiliki gangguan pendengaran. Hal ini biasanya disalahartikan orang tua dengan mengira bahwa anaknya hanya sedang tidak memperhatikannya. Namun jika hal ini terus terjadi berulang kali, maka tidak ada salahnya untuk membawa anak ke dokter THT terpercaya untuk diperiksa.
4.Sering bilang “hah?”
Saat orang tua mengajak anak berkomunikasi, anak sering sekali mengucapkan kata “hah?” sebagai tanda agar orang tuanya mengulangi lagi apa yang baru saja dikatakan. Hal ini menunjukkan bahwa anak mungkin sadar bahwa orang tuanya sedang berbicara padanya, namun dia tidak bisa menangkap pesan yang orang tuanya sampaikan dengan jelas.
5.Menghidupkan televisi dengan volume yang sangat keras
Televisi adalah salah satu hal yang paling menarik bagi anak karena menampilkan gambar bergerak dengan audio yang menarik. Tidak jarang kita melihat seorang anak yang terlihat begitu antusias ketika menonton televisi atau tayangan video dari gadget orang tuanya. Anak yang mengalami gangguan pendengaran akan terbiasa menyalakan televisi dengan volume yang sangat keras, yang jika telinga orang normal mendengarnya akan merasa sangat terganggu. Ketika orang tua berusaha untuk mengecilkan volume suara, anak merasa sulit mendengar sehingga berusaha mengeraskannya kembali.
Sebagai tindakan preventif, maka para orang tua disarankan untuk memeriksakan pendengaran bayi mereka ketika baru lahir. Di Amerika Serikat, tes pendengaran pada bayi baru lahi ini wajib dilakukan mengingat pengaruhnya yang cukup signifikan di kemudian hari. Namun jika gangguan pendengaran yang dialami terjadi ketika anak sudah tidak dalam masa balita, maka solusi yang bisa diterapkan adalah mengaplikasikan alat bantu dengar yang cocok untuk anak mengingat dampak buruk gangguan pendengaran terhadap anak seperti gangguan psikis, penurunan kemampuan kognitif, dan tidak mampu bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya.
Kunjungi Pusat Alat Bantu Dengar No.1 di Kota Anda untuk mendapatkan alat bantu dengar terbaik bagi anak Anda!