Lansia yang mengalami gangguan pendengaran memiliki risiko 2-3 kali lebih besar untuk mengalami penurunan kemampuan kognitif atau demensia. Maka dari itu, diagnosis awal dan intervensi untuk gangguan pendengaran berpotensi menunda munculnya demensia dan penurunan kognitif.
Menurut National University of Singapore dan Ng Teng Fong General Hospital yang melakukan penelitian ini, hal tersebut tergolong signifikan mengingat bahwa lebih dari 60% orang berusia lebih dari 60 tahun mengalami beberapa macam gangguan pendengaran.
Penelitian ini melibatkan 1515 warga Singapura usia 55 tahun keatas. Mereka menjalani dua tahap asesmen kognitif dan klinis pada interval reguler selama kurang lebih tiga tahun. Mereka memiliki memori yang normal dan ketrampilan berpikir yang baik pada awalnya.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang cakupannya lebih besar dan lebih jangka panjang yakni Singapore Longitudinal Ageing Study, yang dipimpin oleh Associate Professor Ng Tze Pin dari departemen pengobatan psikologis (psychological medicine) di National University of Singapore Yong Loo Lin School of Medicine.
“Ini adalah penelitian penuaan longitudinal pertama di Singapura dan Asia yang mendukung bukti yang sudah ada di seluruh dunia bahwa gangguan pendengaran menjadi sebuah faktor risiko munculnya demensia,” kata Dr. Rebecca Heywood, seorang konsultan pada departemen telinga, hidung dan tenggorokan (THT), kepala dan bedah leher di Ng Teng Fong General Hospital, yang merupakan peneliti pada penelitian rintisan otolaryngology.
Di Singapura, hampir seperempat penduduknya akan berusia lebih dari 65 tahun pada 2030 dan prevalensi demensia saat ini pada orang dewasa usia 60 tahun-an berkisar lebih dari 10%.
Prof. Ng menembahkan, “Demensia berkembang secara menahun. Ia muncul disebabkan oleh beberapa faktor. Namun, sebagian besar dari faktor-faktor ini -termasuk gangguan pendengaran- dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup yang benar.”
Mmeskipun gangguan pendengaran tidak menyebabkan gangguan mental atau demensia dengan sendirinya, hasil tersebut menunjukkan sebuah keterkaitan antara gangguan pendengaran yang dibiarkan saja ddengan penurunan kemampuan kognitif yang lebih cepat.
Dr. Heywood mengatakan terdapat beberapa teori tentang bagaimana gangguan pendengaran dan demensia berkaitan.
“Sebagai contoh, mereka yang memiliki gangguan pendengaran memerlukan usaha lebih untuk mendengar suara yang rendah, sehingga sumber daya otak yang tersedia untuk berpikir dan menyimpan memori pun berkurang,” tukasnya.
“Gangguan pendengaran juga mengakibatan stimulasi auditori yang minim sehingga area pendengaran di otak yang juga terlibat dalam menyimpan memori menjadi kurang termanfaatkan dan menurun fungsinya.”
“Selain itu, gangguan pendengaran juga dapat meningkatkan isolasi sosial, yang tak lain adalah faktor risiko tersendiri bagi penurunan kognitif.”, tambahnya.
Meskipun demikian, hal itu dapat diatasi dengan penggunaan teknologi, seperti alat bantu dengar dan implan koklea.
Dapatkan alat bantu dengar dengan harga terbaik hanya di Pusat Alat Bantu Dengar No. 1 di kota Anda.