Gangguan pendengaran merupakan gangguan kesehatan dimana manusia kehilangan kemampuan mendengarnya secara bertahap, mulai dari tidak mampu mendengar suara pelan atau normal sampai tidak bisa mendengar suara apapun sama sekali karena sinyal suara gagal mencapai otak. Memang benar jika gangguan pendengaran ini seringnya dialami oleh para orang tua dengan usia rata-rata lebih dari 65 tahun ke atas. Turunnya kemampuan mendengar yang disebabkan oleh faktor usia ini disebut dengan presbikusis. Namun, bukan tidak mungkin jika gangguan pendengaran ini diderita saat usia muda karena seringnya telinga terpapar suara yang keras. Berikut ini adalah informasi mengenai siapa saja yang berpotensi terkena gangguan pendengaran.
- Anak-anak
Menurut WHO, hingga tahun 2015 ada 360 juta orang yang menderita gangguan pendengaran dan 32 juta di antaranya adalah anak-anak. Di Amerika Serikat, dari 1000 bayi yang dilahirkan, 2-3 di antaranya terlahir dengan keadaan memiliki gangguan pendengaran. Bahkan, jumlah anak yang kehilangan kemampuan mendengarnya ketika masa pertumbuhan lebih banyak lagi. Di Indonesia sendiri, mayoritas penderitanya anak dengan usia 7-9 tahun. Kehilangan pendengaran pada anak akan sangat mempengaruhi mereka untuk belajar mengembangkan bahasa, komunikasi, dan interaksi sosialnya.
- Remaja dan kaum muda
Gangguan pendengaran memang identik sebagai penyakit orang tua, namun seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kemungkinan ini dialami oleh anak-anak, remaja, atau kaum muda juga cukup tinggi. Data statistik menyebutkan bahwa 1 dari 14 orang berusia 29-40 tahun mengalami gangguan pendengaran. Selain itu, 1,1 milyar orang di dunia berisiko menderita gangguan pendengaran disebabkan penggunaan alat pemutar musik yang membahayakan pendengaran. Jika gangguan pendengaran pada bayi terjadi di luar kendali kita, sebagian kasus gangguan pendengaran di kalangan anak-anak dan kaum muda sebenarnya masih dapat dicegah. Gangguan pendengaran pada remaja dan kaum muda umumnya disebabkan oleh kebisingan, baik faktor lingkungan atau dari kebiasaan mendengarkan musik dengan volume besar. Dalam dunia medis, hal ini dikenal dengna Noise Induced Hearing Loss atau tuli saraf akibat terpapar kebisingan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Selain faktor usia, paparan suara keras berlebih ini juga menjadi penyebab utama terjadinya gangguan pendengaran.
- Para pekerja di lingkungan dengan tingkat kebisingan tinggi
Banyak orang tidak menyadari bahwa lingkungan tempat mereka beraktivitas sehari-hari memiliki potensi untuk menurunkan kualitas pendengaran secara bertahap. Bengkel, pabrik, pembangunan gedung-gedung, pabrik furniture, jalan raya, dan lain sebagainya merupakan tempat dengan intensitas kebisingan yang cukup tinggi. Jika tidak berhati-hati, paparan kebisingan dalam jangka waktu yang lama tersebut dapat membuat indera pendengaran tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
- Orang tua usia 65 tahun ke atas
Seperti yang telah disebutkan di atas, gangguan pendengaran paling sering dialami oleh orang tua. Hal ini dikarenakan terjadinya penurununan fungsi atau proses degeneratif pada tubuh orang tua, termasuk menurunnya fungsi indera pendengaran. Hilangnya kemampuan mendengar karena penuaan ini disebut dengan Presbiskusis. Prebiskusis tidak dapat disembuhkan karena kondisi ini disebabkan oleh degenerasi sel-sel sensorik yang terjadi seiring dengan berjalannya usia. Namun risiko gangguan pendengaran di usia tua ini sebenarnya masih bisa dihindari, antara lain dengan berusaha menghindari suara-suara bising yang ada di sekitar kita. Jika memang kita terpaksa berada di suatu tempat dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka cobalah untuk menggunakan pelindung telinga atau earmuffs. Selain itu, jangan lupa juga untuk rutin memeriksakan kesehatan telinga ke dokter THT atau audiologis yang terpercaya.
Informasi lebih lengkap mengenai gangguan pendengaran dan solusinya di sini