Beberapa waktu lalu, informasi tentang gejala Covid-19 masih sangat dini, kurang dipahami, dan fokus klinis serta manifestasi pada gangguan pendengaran masih sangat sedikit diketahui.
Kemudian, hingga hari ini pengobatan dan penelitian terkait virus corona terus berkembang dan bermunculan. Sementara data tentang efek samping dari pengobatan ini jelas tertinggal, ada banyak bukti bahwa infeksi coronavirus – baik dari perawatan atau virus itu sendiri – dapat mempengaruhi pendengaran kita dan dapat menyebabkan gangguan pendengaran jangka panjang [1].
Mari kita bahas lebih lanjut..
Gejala COVID-19 Dapat Mengurangi Oksigen Darah ke Telinga
Dua dari gejala covid-19 yang khas adalah hipoksia (oksigen darah rendah) dan hipoventilasi persisten (kesulitan bernapas). Organ telinga bagian dalam – khususnya sel rambut koklea – memiliki aktivitas metabolisme yang tinggi dan sensitif terhadap kondisi hipoksia. Sederhananya, mereka membutuhkan oksigenasi darah yang baik agar berfungsi dengan baik. Faktanya, iskemia pada telinga bagian dalam (suplai darah rendah) bertanggung jawab atas banyak kasus gangguan pendengaran, keseimbangan / pusing / disequilibrium, dan berpotensi tinnitus. Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa penelitian yang menghubungkan hipoksia dan gangguan pendengaran pada pasien virus corona bergejala mulai bermunculan [2].
Coronavirus Dapat Menyebabkan Kerusakan Pada Telinga Bagian Dalam
Meskipun ada sedikit informasi yang dipublikasikan tentang mekanisme pengaruh langsung dari virus corona ke telinga tengah dan tulang mastoid / temporal, diyakini bahwa virus SARS nCOV-19 mampu menyebabkan kerusakan struktural pada organ telinga bagian dalam dan sistem saraf seperti yang lain. Yaitu infeksi virus seperti HSV-1, HZV, campak, dan HIV. Campak, misalnya, diketahui menyebabkan infeksi telinga dan pembengkakan saraf, yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
Studi skala kecil yang sudah diselesaikan hingga saat ini menunjukkan bahwa beberapa pasien dengan virus corona yang didiagnosis (tetapi tidak menunjukkan gejala) masih mengalami peningkatan gangguan pendengaran frekuensi tinggi dan tanda-tanda bahwa fungsi sel rambut luar dapat terpengaruh. Hal ini didukung oleh tidak adanya Transitory Evoked Otoacoustic Emissions (TEOAEs), sebuah prosedur yang menguji fungsi sel rambut luar secara spesifik [3].
Beberapa Pengobatan COVID-19 Diketahui Bersifat Ototoksik
Diketahui beberapa obat antivirus yang baru-baru ini dikembangkan dan menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam pengobatan virus corona memiliki potensi ototoksisitas (memiliki efek toksik/ racun pada telinga atau sarafnya). Ototoksisitas adalah penyebab umum gangguan pendengaran.
Remdesivir dan favipiravir, keduanya adalah antivirus analogi nukleotida adenosine, dan ototoksisitas. Kejadian tinnitus telah dilaporkan sebagai kemungkinan efek samping dari golongan obat ini dalam literatur sebelumnya [4] [5]. Remdesivir – dipasangkan dengan pengobatan steroid – saat ini merupakan cara pengobatan dini yang paling umum untuk infeksi virus corona pada pasien dengan gangguan pernapasan bagian atas.
Saat ini belum ada penelitian yang dipublikasikan yang mengaitkan segala bentuk ototoksisitas atau gangguan pendengaran sebagai efek samping dari vaksin Moderna atau Pfizer.
Ilmu Pengetahuan Masih Terus Berkembang, Jadi Jangan Lengah
Manifestasi fisik virus corona yang dipasangkan dengan pembatasan komunikasi yang kita hadapi saat ini. Penggunaan masker, pertemuan virtual, dan menjaga jarak sosial berdampak besar pada cara kita mendengar, mendengarkan, dan berkomunikasi. Meski begitu, rekomendasi terkait penggunaan masker, menjaga jarak sosial, dan keamanan seputar virus corona masih terus bergema dan harus diikuti. Tujuannya, jelas, adalah untuk menghindari tertular virus dan menempatkan diri Anda pada risiko gejala seperti kehilangan pendengaran dan banyak efek kesehatan serius lainnya yang mungkin menyertainya.
–
Sumber : https://www.starkey.com/blog/articles/2021/02/hearing-loss-covid-symptom
- Mahboobeh Karimi-Galougahi, Ali Safavi Naeini, Nasim Raad, Narges Mikaniki, Jahangir Ghorbani. Vertigo and hearing loss during the COVID-19 pandemic – is there an association? ACTA OTORHINOLARYNGOLOGICA ITALICA 2020;40:463-465; doi: 10.14639/0392-100X-N0820
- Kakuda TN (2000) Pharmacology of nucleoside and nucleotide reverse transcriptase inhibitor-induced mitochondrial toxicity. Clinical Therapeutics 22(6): 685–708.
- Kaitlyn M. Frazier, MD1; Jody E. Hooper, MD2; Heba H. Mostafa, MBBCh, PhD, D(ABMM)2; et al. SARS-CoV-2 Virus Isolated From the Mastoid and Middle Ear. JAMA Otolaryngol Head Neck Surg. 2020;146(10):964-966. doi:10.1001/jamaoto.2020.1922
- Cianfrone G, Pentangelo D, Cianfrone F, et al. (2011) Pharmacological drugs inducing ototoxicity, vestibular symptoms and tinnitus: A reasoned and updated guide. European Reviews for Medical and Pharmacological Sciences 15: 601–636.
- Andrea Ciorba1 , Virginia Corazzi1, Piotr Henryk Skarżyński2,3,4, Magdalena B Skarżyńska2,4, Chiara Bianchini1, Stefano Pelucchi1 and Stavros Hatzopoulos. Don’t forget ototoxicity during the SARS-CoV-2 (Covid-19) pandemic! International Journal of Immunopathology and Pharmacology. 2020; Vol 34: 1–3