Tidak semua orang dengan kesulitan pendengaran menggunakan istilah tunarungu. Terminologi ini, bagi sebagian besar orang berarti tidak memiliki pendengaran yang sebenarnya. Sebagian penyandang disabilitas pendengaran lebih suka disebut Tuli. Lantas apa bedanya antara istilah tunarungu, tuli dan gangguan pendengaran? Mari kita simak penjelasannya di bawah ini.
Tunarungu
Menurut salah satu tokoh Tuli di Indonesia, istilah tunarungu dibuat oleh sekumpulan dokter dengar tanpa melibatkan orang Tuli. Istilah tuna rungu inilah yang kemudian masuk ke dalam KBBI. “Hingga kata ini dianggap lebih baik, halus, sopan, dan formal. Banyak dokter yang menyarankan orang Tuli untuk berlatih oral / gerak bibir. Namun sayangnya menjadi fokus pada terapi wicara tanpa ada waktu lagi bagi anak Tuli untuk berbaur dengan teman-temannya yang bisa mendengar. Sehingga anak Tuli tertinggal banyak ilmu”,
Tuli
Jika orang Tuli tidak mau disebut sebagai tunarungu hal ini disebabkan oleh pengertian tunarungu sendiri yang lebih mengarah pada “kelainan”. Jadi menurut pendapat orang Tuli, pada intinya orang Tuli bukanlah orang yang berkelainan, hanya saja tidak memiliki kemampuan mendengar. Mereka sama-sama normal, bedanya tidak bisa mendengar.
Berkomunikasi bagi orang tuli agak sulit. Mereka memang bisa membaca gerak bibir. Namun, hanya sebanyak 30% gerak bibir lawan bicara mereka yang dapat ditangkap. Faktornya bisa karena terlalu cepat ataupun kemiripan kata dalam pengucapan. Oleh karena itu penderita Tuli maupun orang-orang di sekitarnya perlu mempelajari bahasa isyarat
Bahasa isyarat sendiri bermacam-macam. Setiap negara memiliki bahasa isyarat masing-masing. Seperti di Indonesia juga yang memiliki banyak bahasa daerah. Setiap daerah Indonesia memiliki bahasa isyarat masing-masing semisal Jawa, Papua, atau Maluku.
Selain itu uniknya dari bahasa isyarat sendiri adalah penekanan ekspresi wajah. Dalam menggunakan bahasa isyarat harus memakai ekspresi wajah agar semakin mudah dipahami.
Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran adalah salah satu gangguan kesehatan yang disebabkan oleh terlalu seringnya terpapar suara yang nyaring/keras. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh faktor usia. Pendengaran dapat dikatakan terganggu apabila sinyal suara gagal mencapai otak.
Pada umumnya, gangguan pendengaran berkembang secara bertahap. Namun, hilangnya pendengaran dapat terjadi secara tiba-tiba. Suara-suara yang memiliki tingkat kebisingan hingga 79 desibel masih bisa dikategorikan aman bagi telinga manusia.
Alat Bantu Dengar untuk Penderita Gangguan Pendengaran Maupun Tunarungu
Pada dasarnya, penderita gangguan pendengaran sangat membutuhkan alat bantu dengar untuk mengatasi berkurangnya suara di sekitar mereka. Dengan penggunaan alat bantu dengar dari awal gangguan, maka kemungkinan timbulnya gangguan pendengaran yang semakin parah dapat segera diatasi.
Sedangkan bagi penderita Tuli, fungsi penggunaan alat bantu dengar adalah untuk lebih memfokuskan pada suara yang ingin mereka dengar. Alat bantu dengar juga dapat membantu penderita Tuli untuk menghilangkan kebisingan suara latar belakang yang sangat mengganggu.
Cara Mendapatkan Alat Bantu Dengar
Di Pusat alat bantu dengar ABDI, Anda akan memperoleh beberapa layanan dari para tenaga profesional perawatan pendengaran sebelum mendapatkan alat bantu dengar. Anda bisa memperoleh tes sebelum dapat memilih alat bantu dengar yang sesuai untuk anda.
Para audiolog terpercaya ABDI akan mengetahui apakah Anda akan masuk dalam kategori tunarungu/tuli atau gangguan pendengaran. Setelah para audiolog mengetahui hal tersebut, maka Anda akan mendapatkan jenis alat bantu dengar yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Segera hubungi ABDI sekarang juga, dan dapatkan jadwal temu untuk melakukan tes sekarang juga.
–
Sumber : https://difabel.tempo.co/read/1101923/alasan-istilah-tuli-lebih-disarankan-ketimbang-tunarungu