Kehilangan pendengaran dapat terjadi pada siapa saja, terlepas dari usia atau latar belakang Anda. Laki-laki memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan pendengaran dibandingkan perempuan. Hal ini telah menjadi sebuah fenomena yang menarik perhatian audiolog selama bertahun-tahun. Bahkan, sebuah studi oleh Johns Hopkins University pada 2008 menemukan risiko gangguan pendengaran untuk pria lima kali lebih besar daripada wanita. Usia dan ras keduanya berperan dalam data ini, karena kesenjangan antara pria dan wanita biasanya dimulai sekitar usia tiga puluh. Dan pria kulit putih menunjukkan prevalensi tertinggi mengalami gangguan pendengaran.
Kehilangan Pendengaran Pada Pria
Bertentangan dengan apa yang mungkin Anda pikirkan, perbedaan ini bukanlah akibat dari perbedaan dalam sisi biologi. Jika Anda mempertimbangkan jenis-jenis pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh pria, banyak dari mereka terkena paparan kebisingan ekstrem yang rutin dari peralatan dan lingkungan kerjanya.
Sementara undang-undang mengharuskan pekerja diberikan perlindungan telinga dalam kondisi dimana ada tingkat kekerasan suara yang tidak aman. Sejumlah besar pria masih lalai untuk mengurus pendengaran mereka di tempat kerja. Lakukan berbagai upaya seperti gunakan peredam suara dan diskusikan masalah tersebut dengan orang-orang di tempat Anda bekerja.
Faktor Risiko Perilaku
Pria dan wanita sama-sama dilahirkan dengan tingkat pendengaran yang sama. Para audiolog menyimpulkan bahwa faktor-faktor perilaku memainkan peran yang sangat besar dalam menciptakan kesenjangan hilangnya pendengaran. Merokok dan kondisi kesehatan tertentu seperti tekanan darah tinggi atau penyakit jantung diketahui menyebabkan gangguan pendengaran. Masalah-masalah ini lebih sering terjadi pada pria, membenarkan temuan dalam banyak penelitian. Dalam penelitian lain oleh American Journal of Medicine, penggunaan NSAID secara teratur dan penghilang rasa sakit lainnya seperti aspirin dan asetaminofen dapat menyebabkan gangguan pendengaran dini pada pria di bawah 60 tahun.
Mengatasi Stigma Gangguan Pendengaran Pada Pria
Terlepas dari faktor-faktor risiko ini, pria masih lebih cenderung untuk menghindari alat bantu dengar daripada wanita. Ini bisa menjadi hasil dari stigma terhadap penggunaan alat bantu dengar dan merasa takut dipandang sebagai tanda kelemahan. Padahal mengatasi gangguan pendengaran dengan alat bantu dengar sama halnya dengan memperbaiki masalah penglihatan dengan kacamata. Selain itu, mengatasi gangguan pendengaran sejak dini diketahui membantu mencegah timbulnya dini demensia dan penyakit Alzheimer. Dan juga melindungi dari risiko terjatuh dan perasaan depresi atau kecemasan.
Baca juga : Mengenal kehilangan pendengaran terkait demensia
Banyak orang tidak menyadari bahwa ada berbagai jenis gangguan pendengaran. Beberapa mempengaruhi kemampuan telinga untuk mendengar frekuensi yang lebih tinggi, sementara yang lain meredam atau membungkam suara yang lebih rendah. Gangguan pendengaran laki-laki biasanya merampas telinga pendengaran frekuensi tinggi terlebih dahulu, sedangkan yang sebaliknya berlaku untuk wanita. Hasilnya? Pria sulit memahami suara konsonan yang mengandung nada tinggi, dan wanita berjuang untuk memahami suara vokal yang dalam dan bulat. Dengan faktor-faktor tersembunyi ini, tidak heran jika banyak pasangan yang kesulitan berkomunikasi.
Kehilangan pendengaran pada pria tidak harus menjadi epidemi. Berkonsultasi dengan profesional perawatan pendengaran pada tanda pertama gangguan pendengaran adalah cara paling efektif untuk mengobati kondisi Anda dan mencegahnya memburuk. Jika Anda khawatir tentang pendengaran Anda atau orang yang Anda cintai, silakan hubungi no 0800-100-2234 atau kunjungi website kami untuk menjadwalkan janji temu dengan profesional perawatan pendengaran di daerah Anda hari ini.
–
Sumber : https://www.hearingaids.com/2018/06/21/why-hearing-loss-affects-men-and-women-differently/
