Rata-rata, orang yang memiliki gangguan pendengaran menunggu 7 sampai 10 tahun sebelum memeriksakan pendengarannya untuk melakukan perawatan. Faktanya, banyak sekali orang yang tidak terburu-buru untuk melakukan sesuatu terhadap gangguan pendengaran. Berbeda dengan mata, banyak orang yang akhirnya memutuskan menggunakan kacamata, lensa ataupun melakukan operasi demi mendapatkan penglihatan yang normal seperti sedia kala.
Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa tidak sedikit orang yang mengabaikan gangguan pendengaran mereka. Penelitian menunjukkan hanya ada satu dari enam orang dewasa yang memilih untuk menggunakan alat bantu dengar. Hal ini dikarenakan banyak orang yang mempercayai mitos tentang alat bantu dengar sehingga mereka memutuskan untuk menunda bahkan tidak ingin menggunakannya. Namun, ada beberapa alasan kuat mengapa Anda tidak boleh menunda menggunakan alat bantu dengar, karena hal ini dapat menghalangi kemampuan Anda untuk merasakan pengalaman hidup terbaik dan menyebabkan beban yang sebenarnya dapat dihindari, seperti hubungan dengan teman dan keluarga yang menjadi renggang karena proses komunikasi bermasalah yang disebabkan oleh gangguan pendengaran. Melakukan penanganan sedini mungkin juga sangat baik untuk kesehatan Anda secara keseluruhan, karena masalah pendengaran yang tidak diatasi akan mengarah pada banyak masalah kesehatan serius lainnya. Berikut adalah 10 masalah kesehatan yang memiliki keterkaitan dengan gangguan pendengaran.
Obesitas
Penelitian menunjukkan bahwa indeks massa tubuh yang lebih tinggi (BMI) dan lingkar pinggang yang lebih besar dikaitkan dengan risiko gangguan pendengaran yang lebih tinggi. Mereka juga menemukan bahwa risiko mengalami kesulitan mendengar meningkat hingga 27% untuk orang yang mengalami kelebihan berat badan. Sebuah studi terpisah menemukan bahwa remaja obesitas lebih cenderung mengalami gangguan pendengaran daripada teman sebayanya dengan BMI yang lebih rendah. (Sumber)
Hipertensi/Stres
Studi terbaru menunjukkan hubungan yang signifikan antara hipertensi (tekanan darah tinggi) dan kesulitan mendengar pada Baby Boomers (mereka yang lahir pada tahun 1946-1963). Hipertensi diketahui dapat memicu terjadinya gangguan pendengaran mendadak dan/atau tinnitus (telinga berdengung). Stres dan kecemasan yang tinggi juga bisa menyebabkan gejala tinnitus memburuk. Ironisnya, gangguan pendengaran dan tinnitus bahkan dapat membuat penderitanya menjadi lebih stres. Selain itu, hipertensi dan stres dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya seperti kecemasan yang berlebihan, sakit kepala, masalah gastrointestinal, dan masih banyak lagi. (Sumber)
Diabetes
CDC melaporkan bahwa 9,4% dari populasi Amerika Serikat, yakni sebanyak 30,3 juta orang menderita diabetes. Bahkan, diperkirakan masih ada 7,2 juta penderita diabetes Amerika yang tidak terdiagnosis. Hal ini sangat penting karena gangguan pendengaran terbukti dua kali lipat lebih sering terjadi pada orang-orang yang menderita diabetes, terlepas dari berapa usianya. Diperkirakan, fluktuasi kadar gula darah yang tidak terkontrol berkontribusi pada terjadinya gangguan pendengaran disebabkan kerusakan pembuluh darah dan saraf di seluruh tubuh, termasuk yang ada di bagian fungsional telinga. (Sumber)
Penyakit jantung
Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di AS, yang menimpa lebih dari 600.000 orang per tahun. Penyakit kardiovaskular akibat gizi buruk, kurang olahraga, stres, dan merokok ini sangat berhubungan dengan gangguan pendengaran pada orang dewasa terutama mereka dengan usia lanjut. Kesehatan kardiovaskular yang buruk dapat menurunkan aliran darah sedangkan struktur di telinga membutuhkan aliran darah yang kuat untuk dapat bekerja dengan baik. Beberapa peneliti bahkan menyebut telinga sebagai “jendela ke jantung” dikarenakan adanya pola audiogram (hasil tes pendengaran) yang memiiki kolerasi kuat dengan penyakit jantung. Hal ini berarti bahwa dokter mungkin dapat menggunakan pola ini sebagai kriteria skrining untuk menilai apakah seseorang berisiko mengalami masalah kardiovaskular seperti serangan jantung. (Sumber)
Sleep Apnea
Diperkirakan 22 juta orang Amerika mengalami sleep apnea. Ini adalah gangguan di mana pernapasan seseorang terhenti atau menjadi jarang ketika tidur sehingga organ tubuh terutama otak, mungkin tidak mendapat oksigen yang cukup. Sleep apnea telah dikaitkan dengan perkembangan gangguan pendengaran karena mengurangi suplai darah ke telinga bagian dalam yang merupakan sistem terpenting telinga. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, partisipan yang memiliki sleep apnea ditemukan memiliki risiko mengalami gangguan pendengaran 90% lebih tinggi. (Sumber)
Sering terjatuh
Tahukah Anda bahwa satu dari tiga orang tua di Amerika usia 65 tahun ke atas terjatuh setiap tahunnya? Gangguan pendengaran bisa menyebabkan kesulitan menjaga keseimbangan tubuh sehingga memungkinkan penderitanya lebih sering terjatuh. Hal ini tentu sangat berbahaya mengingat terjatuh dapat menimbulkan ancaman cedera yang cukup serius terutama bagi para orang tua. (Sumber)
Penurunan kognitif dan demensia
Setiap 20 tahun, prevalensi demensia diprediksi akan meningkat hampir dua kali lipat. Demensia adalah istilah umum untuk penurunan kognitif yang cukup parah dan sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Hilang ingatan adalah salah satu efek samping terbesar dari kondisi ini, itulah sebabnya mengapa Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling umum. Dua pertiga orang Amerika usia 70 tahun ke atas memiliki gangguan pendengaran yang disebabkan oleh faktort usia. Terlebih lagi, kehilangan pendengaran sangat terkait dengan penurunan kognitif pada orang lanjut usia. Namun kabar baiknya, penelitian awal menunjukkan bahwa menggunakan alat bantu dengar bisa menunda timbulnya demensia. (Sumber)
Penyusutan otak atau penurunan speech recognition
Penelitian menunjukkan bahwa orang tua dengan gangguan pendengaran kehilangan jaringan otak lebih cepat daripada mereka yang tidak memiliki gangguan pendengaran. Seiring berjalannya waktu, orang dengan gangguan pendengaran memiliki waktu yang semakin sulit untuk memahami suara seperti S, T, dan P. Namun, alat bantu dengar membantu memperbaiki kemampuan berbicara sehingga penggunanya dapat berkomunikasi secara keseluruhan dengan teman dan keluarga. Dengan demikian, otak Anda pun tetap sehat dan berfungsi dengan baik, serta mencegahnya kehilangan kemampuan untuk mengenali suara ucapan dalam jangka waktu yang panjang. (Sumber)
Depresi dan isolasi sosial
Fakta menyebutkan bahwa wanita 70% lebih mungkin mengalami depresi seumur hidup dibandingkan pria. Penelitian juga menunjukkan bahwa depresi berat lebih banyak terjadi pada orang dengan gangguan pendengaran, terutama wanita. Namun, lebih dari 40% wanita dengan gangguan pendengaran tidak memakai alat bantu dengar meskipun hal tersebut merupakan cara yang sederhana dan efektif untuk merasa lebih terhubung dengan dunia. Ketika seseorang mengalami depresi karena hilangnya kemampuan mendengar, maka ia pun akan menarik diri dari keluarga dan teman-temannya yang akhirnya berujung pada isolasi sosial. (Sumber)
Setelah mengetahui bagaimana gangguan pendengaran dapat mempengaruhi kesehatan tubuh seseorang seperti di atas, Anda tentu tidak ingin menimbang lebih lama lagi dalam memutuskan membeli alat bantu dengar. Telah terbukti bahwa mereka yang menggunakan alat bantu dengar mengalami peningkatan kesehatan fisik, emosional, dan mental mereka. Mereka juga melaporkan bahwa alat bantu dengar meningkatkan kepercayaan diri mereka dan kemampuan mereka dalam bekerja. Tunggu apa lagi? Tidak seharusnya Anda mengabaikan gangguan pendengaran terlalu lama. Dapatkan Alat Bantu Dengar No. 1 dengan harga terbaik di sini.